Akhor's 161

Portfolio

Cerita Anak | Kisah Sangkuriang

Leave a Comment

Dahulu Kala, di Jawa Barat hiduplah seorang putri raja yang bernama Dayang Sumbi. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu di dalam hutan. Setiap berburu, dia selalu ditemani oleh seekor anjing kesayangannya yang bernama Tumang. Tumang sejatinya adalah titisan sang dewa, dan juga bapak kandung dari Sangkuriang sendiri, tetapi Sangkuriang tidak tahu akan hal itu karena ibunya memang sengaja merahasiakannya.

Tibalah saatnya kisah ini bermula, pada suatu hari, seperti biasanya Sangkuriang pergi ke hutan untuk berburu. Sesampainya di hutan, Sangkuriang mulai mencari binatang buruan yang diinginkannya. Dia melihat ada seekor burung yang sedang bertengger pada sebatang dahan, tanpa berpikir panjang Sangkuriang langsung saja menembaknya, dan tepat mengenai sasaran. Sangkuriang lalu memerintahkan Tumang untuk mengejar buruannya tadi, tetapi si Tumang diam saja dan tidak mau mengikuti perintahnya. Karena sangat jengkel pada Tumang, maka Sangkuriang lalu mengusir Tumang dan tidak diijinkan pulang ke rumah bersamanya lagi. Sesampainya di rumah, Sangkuriang menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya. Begitu mendengar cerita anaknya itu, Dayang Sumbi sangat dilahap amarah. Diambilnya sendok nasi tebal yang terbuat dari kayu, dan dipukulkan ke kepala Sangkuriang. Karena merasa kecewa dengan perlakuan ibunya, maka Sangkuriangpun memutuskan untuk pergi mengembara, dan meninggalkan rumahnya.  

Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali perbuatannya itu. Ia berdoa dan meminta agar suatu hari nanti dapat bertemu dengan anaknya kembali. Karena kesungguhan dari doa Dayang Sumbi selama menjalani hidupnya tersebut, maka Dewa memberinya sebuah hadiah berupa kecantikan abadi dan usia muda selamanya. Setelah bertahun-tahun lamanya Sangkuriang mengembara, akhirnya ia mempunyai niatan untuk pulang kembali ke kampung halamannya. Sesampainya di sana, dia sangat terkejut sekali, karena kampung halamannya sudah berubah. Rasa senang Sangkuriang tersebut bertambah ketika di tengah jalan bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik jelita, yang tidak lain adalah Ibunya sendiri, Dayang Sumbi. Karena terpesona dengan kecantikan wanita tersebut, maka Sangkuriang langsung melamarnya. Akhirnya lamaran Sangkuriang diterima oleh Dayang Sumbi, dan sepakat akan menikah dalam waktu dekat.

Hingga pada suatu hari, Sangkuriang meminta ijin calon istrinya untuk berburu di hutan. Sebelum berangkat, ia meminta Dayang Sumbi untuk mengencangkan dan merapikan ikat kapalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi, karena pada saat Ia melihat ada bekas luka pada kepalanya. Bekas luka tersebut mirip dengan bekas luka anaknya. Setelah bertanya kepada Sangkuriang tentang penyebab lukanya itu, Dayang Sumbi bertambah terkejut, karena ternyata benar adanya bahwa calon suaminya tersebut adalah anaknya sendiri.

Dayang Sumbi sangat bingung sekali, karena tidak mungkin bila ia menikah dengan anaknya sendiri. Setelah Sangkuriang pulang berburu, Dayang Sumbi mencoba berbicara kepada Sangkuriang, agar supaya Sangkuriang membatalkan rencana pernikahan mereka. Namun, permintaan Dayang Sumbi tersebut tidak disetujui Sangkuriang, dan hanya dianggap angin lalu saja.

Setiap hari Dayang Sumbi berpikir bagaimana cara agar pernikahan mereka tidak pernah terjadi. Setelah berpikir keras, akhirnya Dayang Sumbi menemukan satu cara terbaik. Dia mengajukan dua buah syarat kepada Sangkuriang. Apabila Sangkuriang dapat memenuhi keduanya, maka Dayang Sumbi sudi dijadikan sebagai istri, tetapi sebaliknya jika syarat tersebut gagal maka pernikahan itu akan dibatalkan.

Syarat yang pertama Dayang Sumbi ingin agar supaya sungai Citarum dibendung dan yang kedua adalah, meminta Sangkuriang membuat sampan yang sangat besar untuk menyeberang sungai. Kedua syarat itu harus diselesaikan sebelum fajar menyingsing.

Sangkuriangpun akhirnya menyanggupi kedua permintaan Dayang Sumbi tersebut, dan berjanji akan menyelesaikannya sebelum fajar menyingsing. Dengan kesaktian yang dimilikinya, Sangkuriang lalu mengerahkan teman-temannya dari bangsa jin untuk membantu menyelesaikan kedua tugasnya tersebut. Diam-diam, Dayang Sumbi mengintip hasil kerja dari Sangkuriang. Betapa terkejutnya dia, karena Sangkuriang hampir menyelesaiklan semua syarat yang diberikan Dayang Sumbi.

Dayang Sumbi lalu meminta bantuan masyarakat sekitar untuk menggelar kain sutera berwarna merah di sebelah timur kota. Siasat itu untuk mengelabui Sangkuriang, agar sangkuriang mengira waktunya telah habis. Benar saja, ketika melihat warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira kalau hari sudah menjelang pagi. Sangkuriang langsung menghentikan pekerjaannya dan merasa tidak dapat memenuhi syarat yang telah diajukan oleh Dayang Sumbi.

Dengan kekesalan yang teramat sangat dan kekecewaan yang tak terbendung, Sangkuriang lalu menjebol bendungan yang telah dibuatnya sendiri. Karena jebolnya bendungan itu, maka terjadilah banjir dan seluruh kota terendam air. Sangkuriang juga menendang sampan besar yang telah dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh tertelungkup, yang konon berubah bentuknya menjadi sebuah gunung yang bernama Tangkuban Perahu.

Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar